SIUPP:993/SK/MENPEN/SIUPP/1999, tgl 16 Feberuari 1999 (Kami Yang Kabarkan Kamu Yang Simpulkan)
11 Desember 2018
Mantan Politikus Garindra Minta Maaf Akui Sebar Fitnah Jokowi
Media Duta.com-Sejak mencalonkan diri sebagai calon presiden hingga terpilih jadi presiden, Jokowi kerap dituding adalah bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Bahkan saat masa kampanye, ada satu tabloid yang sengaja membuat tulisan soal keterkaitan presiden Jokowi dengan PKI, para penyebar tabloid tersebut pun sudah ada yang masuk penjara.
Meski demikian Presiden Jokowi masih sering medapat tudingan sebagai bagian dari PKI. Terutama di media sosial. Beberapa orang bahkan ada yang mengedit foto jokowi adalah bagian dari PKI.
Lantas siapa yang tega memfitnah Jokowi sejak masih kampanye sebagai calon presiden beberapa tahun lalu?
Eks politikus Partai Gerindra La Nyalla Mattalitti pun membuat pengakuan mengejutkan, usai bertemu dengan cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin di Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).
Ia mengaku gerah dengan isu miring soal PKI yang terus dialamatkan kepada Presiden Joko Widodo. Ia menilai, isu itu sudah usang, karena hanya sebagai propaganda hitam yang dibuat kompetitor lawan politik.
La Nyalla yang merupakan mantan pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2014 lalu, menjabarkan bagaimana produksi fitnah dan hoaks dibuat untuk menyerang lawan politik.
"Pertama kali, saya begitu mau mendukung Pak Jokowi. Saya datang ke beliau, saya minta maaf. Bahwa saya yang isukan pak Jokowi PKI, saya yang fitnah Pak Jokowi Kristen, China," kata La Nyalla.
Saya yang sebarkan (tabloid) Obor di Jawa Timur dan Madura. Akhirnya, saya datang ke beliau dan sampaikan, saya mau minta maaf tiga kali. Alhamdulilllah dimaafkan," tambah La Nyalla.
La Nyalla mengaku menyesal telah memfitnah Jokowi sedemikian rupa, sehingga berdampak negatif hingga saat ini.
LA Nyalla Mattalitti (SUPER BALL/FERI SETIAWAN)
Jokowi: Saya Dibilang PKI, Astagfirullahaladzim
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa sampai saat ini, masih ada orang yang mempercayai bahwa dirinya merupakan anggota Partai Komunis Indonesia ( PKI).
"Di media sosial, saya dibilang PKI, astagfirullahaladzim. Sudah empat tahun diulang- ulang dan itu masih ada saja yang percaya," ujar Jokowi saat menghadiri pembukaan Rakernas LDII di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018).
Berkali-kali, Jokowi mengatakan bahwa dirinya lahir tahun 1961.
Sementara, organisasi PKI dinyatakan resmi dibubarkan pada tahun 1965.
Artinya, tidak mungkin ia menjadi anggota PKI di usia balita.
Fitnah pun berkembang. Usai Jokowi berulang kali memberikan klarifikasi itu, fitnah yang sama dituduhkan ke orangtua, bahkan kakek dan neneknya.
Padahal, menurut Jokowi, saat ini sangat mudah untuk melacak apakah seseorang itu memiliki kaitan dengan organisasi terlarang atau tidak pada masa lalunya.
"Di dekat rumah saya, ada masjid LDII gede banget. Ada juga organisasi Islam yang lain. Tanya saja di situ, orangtua saya bagaimana, kakek nenek saya. Wong saudara-saudara saya juga banyak yang LDII kok. Semua keluarga saya Muslim," lanjut dia.
Presiden mengatakan, masyarakat memang harus pintar-pintar menyeleksi informasi yang benar dan akurat serta mana informasi yang fitnah dan bohong.
Apalagi saat ini perkembangan media sosial sangat dinamis. "Perkembangan teknologi itu harus disikapi dengan kearifan, kebijakan," kata
Jokowi Berulang Kali Memberikan Bantahan
Semasa menjadi presiden, Joko Widodo berulang kali memberikan bantahan soal adanya tudingan keterlibatannya dengan PKI.
Saat bersilaturahmi bersama keluarga besar Persatuan Islam (Persis) di Masjid PP Persis, Jalan Perintis Kemerdekaan Bandung, Selasa (17/10/2017) malam, Presiden Jokowi menyampaikan bantahan soal isu ini.
Di hadapan para ulama dan ratusan jemaah, dia meluruskan soal merebaknya unggahan gambar di media sosial tentang tudingan sebagai antek PKI yang ditujukan kepadanya.
"Saya mungkin ingin blak-blakan ini, masalah yang berkaitan dengan PKI karena berseliweran cerita-cerita seperti itu," ucap Jokowi.
Dia bercerita, beberapa waktu lalu mendapati sebuah foto dirinya bersanding dengan DN Aidit dalam sebuah pidato pada tahun 1955.
"Yang pertama dulukan saya, Presiden Jokowi PKI. Kita blak-blakan di media sosial juga ada, ada di media sosial tahun 1955 waktu DN Aidit berpidato di dekatnya ada saya di situ, kok ya persis gitu. Tahun 1955 kan saya belum lahir dan saat PKI dibubarkan tahun 1965 saya kan masih balita," tutur Jokowi.
Dia memandang, persoalan itu harus dijawab secara langsung untuk meredam berkembangnya fitnah.
Sebab, kata dia, informasi bohong yang tersebar dan diterima secara terus-menerus oleh masyarakat bisa dianggap sebagai kebenaran.
"Itulah informasi yang berseliweran yang harus saya jawab. kalau ndak, ada yang percaya itu bahaya sekali. Ada isu dan ada yang percaya bahaya kalau saya ndak ngomong blak-blakan seperti ini," ucapnya.
"Kadang-kadang hanya berseliweran kalau informasi ada terus bisa dianggap kebenaran. Kalau saya terbuka saja kami persilakan," tambah Jokowi.
Sebab itu, ia pun mengajak semua pihak, khususnya para ulama agar selalu melakukan cek dan ricek untuk menjawab suatu isu yang diragukan kebenarannya.
"Sekarang kan gampang dunia ini sangat terbuka sekali. Kalau mau cek soal keluarga, bapak, ibu, kakek, nenek, sangat mudah sekali saat ini. Persis ada cabang di Solo? Oh ada di Jawa Tengah, tabayun cek saja ke sana, biar betul-betul mantep," kata dia.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar