10 Mei 2019

Komplik Gubernur-Wagub Rakyat Sulsel Jadi Penonton

Makassar Media Duta. Com,- Hilangnya komitmen di antara dua orang individu pemimpin (pemegang kekusaan), akan melahirkan konflik tidak berkesudahan. Karena keduanya, dipastikan tidak tahu kalau politik itu bermoral. Demikian diingatkan pemikir John Locke dan Jeremy Bentham (1789). Konflik yang selama 3 bulan terakhir samar kedengaran di publik, antara Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah dan wakilnya Andi Sudirman Sulaiman. Keduanya dikabarkan telah tak sejalan atau sudah pecah kongsi dan telah berkonflik. Sejak dua pekan lalu konflik mereka tidak lagi samar. Rakyat Sulsel malah menonton konflik mereka dengan mata telanjang di hampir semua media. “Sebenarnya ini hal fatal dalam tata kelola pemerintahan. Kelihatan betul disharmoni hubungan Gubernur dan Wagub,” tegas pengamat administrasi pemerintahan, Luhur A Prianto (Tribun Timur cetak edisi Rabu, 8 Mei 2019). Konflik itu terlihat sangat jelas. Seluruh rakyat Indonesia malah bisa melihat konflik itu lewat media massa, setelah Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman melantik 198 pejabat Pemprov Sulsel. Kemudian, tidak perlu waktu yang lama, hanya 2 pekan setelah itu, SK pelantikan dianulir. Semua pejabat yang dilantik wagub dikembalikan ke posisi semula. Inilah kali pertama NA-Sudirman jumpa pers bersama setelah dilantik, 5 September 2018. Namun hingga kini, Sekprov Sulsel belum juga didefinitifkan. Penentuan Penjabat (Pj) Wali Kota Makassar juga tak lepas aksi tarik menarik atau aksi rebutan jabatan itu. Gubernur dikabarkan mengingingkan Deny Irawan yang staf ahlinya, Wakil Gubernur disebut mengingingkan Sulkaf Latief Kadis Perikanan kakak dari Sukriansyah Latief staf ahli Amran Sulaiman. Tetapi kemudian Mendagri Tjahyo Kumolo mengambil jalan tengahnya dan tepat, kata publik. Mendagri memilih Iqbal Suaib. “Atas saran dan masukan Pak JK (Jusuf Kalla), saya mengambil jalan tengahnya,” kata Tjahyo Kumolo Senin kemarin pada penulis. Banyak kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur yg bertentangan dan menunjukkan nyatanya ada konflik di antara mereka. Tetapi itu terlalu panjang untuk diungkapkan di tulisan pendek ini. Namun yang pasti, konflik Gubernur dengan Wakil Gubernur ini, akan menjadi pertarungan panjang tak berkesudahan bagi keduanya. Konflik orang nomor satu dan dua di Sulsel itu, pasti akan merusak jalannya pemerintahan mereka berdua. Karena merekan berdua adalah elit penguasa yg berkonflik di tengah masyarakat Sulsel yang sudah menjadi masyarakat terbuka sejak pasca reformasi, seiring semakin terbukanya masyarakat Indonesia. Konflik elite penguasa itu, akan merusak semua tatanan bermasyarkat, bernegara, berdemokrasi dan berideologi (berpancasila). Karena konflik elite penguasa itu, berlangsung di tengah masyarakat (Sulsel) yang (sudah) terbuka, kata Karl Popper di The Open Society and Its Enemies. Padahal di Pilkada Sulsel 2018 kemarin, beberapa lembaga survei, menyatakan antara 17 sampe 18 persen dari 43 persen rakyat yg memilih Nurdin Abdullah-Andi Sudirman, memilih Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman, karena keduanya dianggap mawakili kaum terpelajar, kaum ilmuwan atau kaum intelektual. Nurdin Abdullah dianggap memiliki kecakapan dalam memimpin dan menggerakkan pemerintahan dengan efektif dan berkualitas, seperti yang ditunjukkan Nurdin Abdullah ketika 10 tahun memimpin Kabupaten Bantaeng. Sementara Andi Sudirman, dianggap mewakili anak muda yang enerjik dan terpelajar. Itu terbaca pula di beberapa hasil survei beberapa lembaga survei di Makassar. Plato yang menempatkan kaum terpelajar atau intelektual di kasta tertinggi dalam stratifikasi sosial masyarakat. Plato mengatakan, kaum intelektual itu yang paling cocok menjadi pemimpin sesungguh-sungguhnya pemimpin. Dalil Plato, mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang kebajikan-kebajikan. Paulo Freire (1961), yang mendukung Plato, mengatakan kaum intelektual selalu membawa kesadaran baru untuk perbaikan tatanam kebijakan-kebijakan sosial politik untuk masyarakat. Jurgen Habermas, di buku - Teori Tindakan Komunikatif Rasio dan Rasionalitas Masyarakat (terjemahan Nurhadi,Kreasi 2006), mengingatkan, kaum intelektual adalah pribadi rasional yang selalu dikuasai oleh ilmu pengetahuan dalam bertindak. Pribadi rasional yang senantiasa memikirkan kualitas tindakan dan berdasarkan kebenaran. Pribadi yang terbuka, terbuka pada kritik. Sementara Paul M Sniderman di karyanya - Personality and Democratic Politics (1976) - kaum terpelajar adalah pribadi rasional, dewasa dan mampu melenyapkan eksklusivitas, kepicikan berpikir, dan superioritas-inferioritas yang bisa menjadi bibit konflik. Tetapi kenapa Prof Dr Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman yang menurut rakyat pemilih mereka, mewakili kaum terpelajar dan pribadi yang rasional, menjadi tidak rasional sehingga berkonflik yang dampaknya mengancam rusaknya seluruh tatanan rasional sosial politik, ekonomi dan budaya rakyat Sulsel. Jika demikian, Sulsel benar-benar berada di ambang kerusakan. Karena laiknya sebuah transaksi, seperti kata Adam Smith, Karl Marx, Keynes, Warner Sombart atau Milton Friedman, motivasi sesungguhnya sebuah transaksi, adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan untuk keuntungan orang banyak atau masyarakat. Sebenarnya, publik atau masyarakat memiliki secercah harapan, Nurdin Abdullah dan Sudirman bisa memimpin Sulsel tanpa konflik dan membawa Sulsel lebih baik ke depan. Ketika masyarakat melihat adanya sederetan ilmuwan dan pakar atau kaum intelektual dengan gelar Professor dan Doktor di sekeliling Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman. Tetapi ternyata, mereka-mereka yang menjadi staf ahli dan penasihat Gunernur dan Wakil Gubernur Sulsel itu, hanyalah ilmuwan atau kaum intelektual yang tidak mampu menggunakan ilmunya (Jeremy Jenning, 1995). Kaum intelektual itu tak ubahnya laskar tak berguna.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEDIA DUTA ONLINE (KAMI ADA KARENA ANDA) SIUPP : 993/SK/MENPEN/1999,tgl 16 Februari 1999

Ir.Baso Ampa Alang Hampir Dua Tahun Jadi Buronan Polres Wajo Sulsel

Ir . Baso Ampa Alang Wajo Media Duta.com -Buronan Polres Wajo tersangka Ir. Baso Ampa Alang kini hampir    dua tahun belum ada titik ter...

Alamat Redaksi : Jalan Ammana Gappa No.34 Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan,Cp.0853 3624 4337