SIUPP:993/SK/MENPEN/SIUPP/1999, tgl 16 Feberuari 1999 (Kami Yang Kabarkan Kamu Yang Simpulkan)
27 April 2019
Mahfud MD Sebut Empat Provinsi Garis Keras Dimenangkan Capres Prabowo Sandiaga Uno
Media Duta. Com- Provinsi 'Garis Keras' mendadak populer gara-gara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Mahfud MD menuai kritik gara-gara menyebut Provinsi 'Garis Keras' saat wawancara dengan sebuah stasiun TV swasta.
Mahfud MD menyebut Capres Prabowo Subianto di Provinsi 'Garis Keras'.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK),Mahfud MD, memberikan klarifikasinya terkait ucapannya soal 'garis keras' dalam sebuah wawancara di Metro TV beberapa waktu lalu.
Karena ucapannya soal 'garis keras' tersebut kemudian muncul sejumlah protes dari warganet yang merasa tersinggung.
Saat menuliskan cuitan kegiatan akhir pekannya di Yogyakarta, Minggu (28/4/2019), Mahfud pun menerima sejumlah protes keberatan warganet.
"Di daerah Pakem, dekat Kaliurang, Yogya ada kedai Kopi Klothok.
Yang tersedia di sana bukan hanya kopi tapi jg masakan2 tradisional yang enak.
Pagi2 tadi sarapan bersama dua dosen muda FH-UGM Prof. Eddy OS Hiariej dan Dr. Zainal Arifin "Uceng" Mochtar di Kopi Klothok," tulisnya pada cuitan awal.
Pantauan TribunSolo.com, sejumlah warganet bukannya menanggapi soal kegiatan Mahfud.
Melainkan mempertanyakan maksud ucapan Mahfud soal 'garis keras'.
Satu di antaranya adalah sahabatnya sendiri, Muhammad Said Didu, yang mengaku berasal dari Sulawesi Selatan.
"Mohon maaf prof @mohmahfudmd, saya berasal dari Sulsel, mhn jelaskan indikator yg prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang2 garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami.
Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI utk menjaga kehormatan.
Inikah yg dianggap keras ?" tulisnya kepada Mahfud.
Cuitan tersebut kemudian langsung ditanggapi oleh Mahfud.
Ia pun menjelaskan maksud ucapannya yang menyebut sejumlah daerah di Indonesia sebagai provinsi 'garis keras'.
"Garis keras itu sama dgn fanatik dan sama dgn kesetiaan yg tinggi.
Itu bkn hal yg dilarang, itu term politik.
Sama halnya dgn garis moderat, itu bkn hal yg haram.
Dua2nya boleh dan kita bs memilih yg mana pun.
Sama dgn bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau," terang Mahfud.
Baca: Jarang Muncul ke Publik Setelah Dicerai Ahok, Ternyata Inilah Pekerjaan Baru Veronica Tan Sekarang
Ia kemudian memperlebar maksud garis keras dengan mencontohkan adat dan prinsip dari daerah asalnya, Madura.
Menurut Mahfud, Madura sama halnya dengan daerah-daerah lainnya yang dianggap kental dengan ajaran Islam.
"Dlm term itu sy jg berasal dari daerah garis keras yi Madura
Madura itu sama dgn Aceh dan Bugis, disebut fanatik krn tingginya kesetiaan kpd Islam shg sulit ditaklukkan.
Spt halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adl istilah2 yg biasa dipakai dlm ilmu politik," pungkasnya.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara di MetroTV, Mahfud menyebut paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di provinsi-provinsi 'garis keras'.
Beberapa wilayah yang dimaksud Mahfud adalah Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan.
"Dilihat dari sebarannya, Pak Jokowi kalah di daerah-daerah panas, dan diidentifikaksi kemenangan-kemenangan Pak Prabowoadalah yang dulunya dianggap sebagai provinsi garis keras dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Sulawesi Selatan," kata Mahfud.
Sebelumnya, Mahfud MD menegaskan soal pemenang sebenarnya dalam Pilpres 2019 adalah yang memiliki suara terbanyak dari hasil hitung manual dari form C1.
Kemenangan tersebut, menurut Mahfud, berdasarkan verifikasi dan hasil hitung manual Komisi Pemilihan Umum (KPU) lewat form C1 yang sudah terkumpul.
Seluruh form C1 tersebut kemudian akan dihitung bersama-sama pada 22 Mei 2019 mendatang.
Waktu tersebut merupakan batas akhir penghitungan seluruh suara yang masuk.
Pernyataan Mahfud ini muncul setelah seorang warganet di Twitter membandingkan data hasil real count KPU lewat situng dan hasil verifikasi C1.
"Nah skr begini Prof,
misal saja hasil real count KPU yg pake Situng memenangkan salah satu calon.
Tapi ternyata pas 22 Mei setelah verifikasi C1 yg tercopy 6x itu,
mayoritas memenangkan calon yg lain, bisa gak tuh Prof?" tulis pengguna akun @wisanggenisena, Senin (22/4/2019).
Mahfud pun menanggapi bahwa kemenangan mutlak berdasarkan form C1.
"Yang dimenangkan adalah verifikasi atau hasil hitung manual dgn form C1 yg berbentuk kertas dan dihitung bersama tgl 22 Mei itu," tulis Mahfud
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MEDIA DUTA ONLINE (KAMI ADA KARENA ANDA) SIUPP : 993/SK/MENPEN/1999,tgl 16 Februari 1999
Ir.Baso Ampa Alang Hampir Dua Tahun Jadi Buronan Polres Wajo Sulsel
Ir . Baso Ampa Alang Wajo Media Duta.com -Buronan Polres Wajo tersangka Ir. Baso Ampa Alang kini hampir dua tahun belum ada titik ter...
Alamat Redaksi : Jalan Ammana Gappa No.34 Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan,Cp.0853 3624 4337
-
Naomi Zaskia Media Duta.com - Sule dan Naomi Zaskia dikabarkan akan menikah. Meskipun, ayah Rizky Febian ini sudah melakukan klarifikasi...
-
Faul Lida 2019 dari Aceh Media Duta. Com,- Selamat, Faul dari Aceh Juara LIDA 2019 pertama, disusulPuput, dan Sheyla, segini hadiahnya. ...
-
Makassar Media Duta. Com - Putri Kapolda Sulsel Irjen Umar Septono dengan Mardiana Juliati, Diahlevi Ismiarti Mayaraflesia kini resmi jadi i...
-
Media Duta.com, - Keberadaan Pasar Mandai memicu kemacetan karena lahan parkir menggunakan jalan umum untuk tempat peraturan. Hal dengan te...
-
Media Duta.com,- Kemnaker kembali akan luncurkan bantuan program pengembangan dan perluasan kesempatan kerja. Dalam rangka melakukan langkah...
-
Makassar Media Duta. Com- Bos Abu Tours, Hamzah Mamba tertunduk lesu usai mendengarkan putusan Majelis HakimPengadilan Negeri Makassar, Seni...
-
Media Duta. Com - Perhelatan pesta politik terbesar, Pilpres 2019, sudah di depan mata. Saat ini sudah ditetapkan dua Capres 2019 resmi yak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar